Selasa, 26 Februari 2013

Agama dan Cara Manusia Beragama



Agama
Agama adalah sebuah kata yang mudah diucapkan tapi definisi dari kata agama itu sendiri sangat sulit untuk digambarkan atau didefinisikan. Menurut Mukti Ali ada tiga hal yang melatar belakangi sulitnya mendefinisikan kata agama, yaitu:
a.       Pengalaman beragama merupakan persoalan batiniah, subjektif, dan sangat personal atau individual sifatnya.
b.      Barangkali tidak ada orang yang begitu bersemangat dan emosional daripada orang yang membicarakan agama, sehingga dalam setiap orang mengkaji agama factor emosi selalu memberkan warna yang dominan.
c.       Konsepsi tentang agama sangat dipengaruhi oleh kepentingan dan tujuan dari subjek yang mendefinisikan.


Bagi Muhaimin, selain tiga factor yang dikemukakan oaleh Mukti Ali ada satu factor lagi yaitu, karena agama posisinya menempati problem of ultimate concern yakni persoalan yang berkaitan dengan kebutuhan mutlak manusia yang tidak bias ditawar – tawar lagi keberadaannya.

Berikut adalah definisi agama menurut beberapa ahli:
  1. Menurut KBBI: agama dikatakan sebagai kepercayaan kepada kesaktian ruh nenek moyang, dewa, dan Tuhan.
  2. W.J.S. Poerwadarminto: agama adalah segenap kepercayaan kepada Tuhan, dewa, dan sebagainya serta dengan kebaktian dan kewajiban – kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.
  3. Harun Nasution: agama adalah kepercayaan kepada kekuatan immaterial atau supranatural yang erat hubungannya dengan kehidupan manusia.

Dari pernyataan – pernyataan tersebut maka dapat saya simpulkan, agama adalah kepercayaan atau keyakinan kepada Tuhan, adanya hubungan dalam bentuk ritualitas atau permohonan do’a, adanya doktrin tentang aturan – aturan yang diyakini berasal dari Tuhan, terbentuknya sikap hidup tertentu terutama yang bersifat social horizontal.

Cara Manusia Beragama
Pertama Cara mistisisme, adalah salah satu cara manusiamenghayati dan mengamalkan ajaran agama. Cenderung menkankan pendekatan mistikal.
 Cara mistikal ini dapat kita jumpai pada kalangan Sufi (pengikut tarekat) dan kebatinan. Cara mistik dalam beragama yang dimaksud adalahpengikutnya lebih menekankan pada aspek pengamalan batiniah dari ajaran agama dan mengabaikan aspek pengamlan formal, structural, dan lahiriah.

Kedua cara penalaran atau pikiran, penekanan cara ini adalah pada aspek rasionalitas dari sebuah ajaran agama. Bagi kelompok atau golongan ini, agama harus dapat menjawab masalah yang dihadapi pengnutnya dengan jawaban yang dapat diterima akal sehat. Penganut cara ini beranggapan bahwa beragama tidak selamanya menerima begitu saja apa – apa yang didoktrinkan atau ajarkan pemuka agama. Kelompok ini lebih menyenangi kebebasan dalam menafsirkan teks dari kitab suci atau buku – buku agama lainnya. Kelompok ini dapat kita temui pada kalangan mutakallimin (ahli ilmu kalam), yang banyak membicarakan teologi Islam dengan memakai dalil tekstual (naqli) dan dalil rasional (agli).

Ketiga cara amal shaleh, penekanan kelompok ini terletak pada penghayatan dan pengamalan agama pada aspek peribadatan, baik ritual formal maupun aspek pelayanan social keagamaan. Bagi kelompok ini yang penting dan pokok adalah melaksanakan amal shaleh, karena mereka beranggapan indicator seseorang dikatakan beragama atau tidak adalah dalam pelaksanaan segala amalan lahir dari agama itu sendiri. Orang yang ingin mendapatkan surga, tentu dengan sendirinya harus melakukan amal dalam bentuk peribuatan.

Keempat cara sinkretisme, berasal dari bahasa yunani (synkretismos) yaitu penggabungan ajaran dan pengalaman agama yang berbeda satu sama lain. Cara sinkretisme adalah cara seseorang menghayati dan mengamalkan agama dengan memilih – memilih ajaran tertentu dari berbagai agama untuk dipraktekan dalam kehidupan keagamaan diri sendiri atau diajarkan kepada orang lain.


*Referensi artikel ini adalah dari buku dosen saya, saya lupa buka apa. Bentar, akan saya revisi dilain kesempatan :))

1 komentar: