Tempat tidur saya, disalah satu blok di Barak. |
Semua berawal semester akhir pada saat SMA, saat itu sama sekali tak terbesit sedikitpun untuk melanjutkan kuliah ataupun mencari pekerjaan seperti umumnya anak SMA lain. Yang saya fokus tuju setelah SMA adalah mengejar cita-cita kecil saya menjadi anggota POLRI. Semua sudah saya persiapkan sesuai rencana dan terstruktur selama 5 tahun terakhir.
Petualangan pertama dimulai pada bulan Januari 2011, saat itu adalah Seleksi Calon Bintara pertama saya. Sempat galau antara maju atau tidak, karena saat itu belum punya pengalaman dan masih awam. Tapi setelah keras, kenapa juga harus galau. Toh ini adalah saat-saat yang saya tunggu, saat-saat klimaks dimana saya begitu dekat dengan apa yang saya cita-citakandari kecil. Kalaupun gagal, toh saya akan mendapat pengalaman yang akan mematangkan saya pada seleksi gelombang berikutnya.Tapi Allah berencana lain, walaupun agak kecewa tapi saya tetap mencoba berpikir positif dan mengambil hikmahnya.Saat itu saya mengerti;
- Bagaimana kerasnya sebuah persaingan di kehidupan nyata, yang mungkin tidak saya dapatkan ketika hanya duduk dibangku sekolah atau bangku kuliah.
- Semua yang saya rasa sempurna, belum tentu sempurna dimata orang lain.
- Yang saya lakukan harus sesuai dengan kehendak hati kita sendiri, atau semuanya akan berjalan percuma.
- Melihat bermacam-macam kepribadian, membuat saya bisa melihat tingkat kesungguhan seseorang.
Teman seperjuangan saya, SI A |
Yang ini SI B |
Yang ini baru saya :)) |
Berhasil melewati beberapa tes dengan sempurna, tentu saja membuat saya sangat bangga. Dan kebanggaan ini pun sedikit membuat bangga orang tua. Tapi kali ini pun Allah berencana lain, akhirnya saya terhenti pada suatu tes bersama Si A teman dekat saya tadi. Dan teman dekat saya yang satunya Si B berhasil melangkah ke tes berikutnya walaupn akhirnya gagal juga. Saat itu yang saya rasakan adalah ke-galau-an yang lebih mendalam dari tes sebelumnya, mungkin karena sempat sedikit memberi harapan kepada orang-orang yang mengharapkan saya sebelumnya. Tapi kembali berpikir jernih, dan mengambil hikmah di balik semua ke-galau-an yang terjadi. Pelajaran berharga yang bisa saya ambil pada gelombang ini adalah;
- Merasakan bagaimana senangnya membawa kabar baik kepada orang tua yang menunggu dengan penuh harapan.
- Dan sebaliknya, bagaimana galau-nya membawa kabar buruk kepada orang tua sedangkan yang diharapkan adalah kabar baik.
- Di dunia luar lebih baik banyak mendengar daripada banyak berbicara, karena setiap kata yang kita ucapkan akan diterjemahkan ke berbagai persepsi oleh masing-masing orang yang mendengar. Sedangkan orang yang banyak mendengar, akan sangat mudah menilai karakteristik orang lain.
- Mungkin ketika kita berhenti mencoba meraih suatu mimpi, saat itu lah sebenarnya kita tidak sadar betapa dekatnya kita dengan mimpi yang kita perjuangkan.
Sempat terbesit untuk berhenti, tapi saya percaya Allah tidak akan membawa hambanya sejauh ini tanpa maksud dan tujuan yang baik.
Walaupun dengan semangat yang mulai menurun, tapi tetap terus mencoba memotivasi diri. Dan melakukan evaluasi dan perbaikan agar kembali tidak jatuh pada lubang yang sama. Gelombang 3 pun akhir dimulai, sekitar di bulan Januari 2012. kembalisaya bertemu dengan dua teman dekat saya, yang sebelumnya sama-sama berjuang pada gelombang 2. Awalnya mungkin karena (sudah sangat) berpengalaman semua berjalan mulus, dan sampai pada tes yang sama pada gelombang 2 saya kembali belum direstui oleh Allah untuk melanjutkan ke tes berikutnya. Kali ini saya terhenti bersama Si B dan Si A berhasil melampaui batassannya pada gelombang 2 kemarin. walaupun pada akhirnya pada tes berikutnya kembali terhenti.
Gini nih klo menghilangkan penat X)) |
Mungkin karena 1 perjuangan jadi langsung klik :)) |
Dan disinilah saat-saat yang paling berat dalam hidup saya sebelumnya, mimpi yang terpelihara dari kecil kembali terhenti. Melihat teman-teman angakatan saya waktu SMA 2010 sudah berjalan separuh dari perjalanan menggapai cita-citanya saya masih belum bisa melangkah yang berarti. Saat itu saya tidak tahu harus bagaimana, lanjut atau mundur. dan untuk mencari jawaban ditengah ke-galau-an saya sempat mencoba berbagai aktifitas, berbagai hal, dan bertualang kesana-kemari.
Tak terasa ke-galau-an saya sampai pada gelombang ke-4 untuk seleksi. Sempat meminta masukan kepada Si A dan Si B yang sama-sama gagal, apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Si A dan Si B memilih lanjut dan kembali mendaftar di kesempatan terakhir dan saya memilih mundur. Setelah melakukan petualang ke berbagai daerah dan mencoba berbagai hal baru, satu hal yang membuat saya mendapat alasan mau bagaimana selanjutanya adalah berkat aktifitas saya di UGM Yogyakarta. Disana membuat pikiran saya terbuka dan menerima banyak masukan.
Akhirnya pada Februari 2012 akhir, saya memilih melanjutkan pendidikan saya sesuai minat saya bidang Tekhnologi dan Entrepreuner. Dan satu kampus yang membuat saya jatuh cinta adalah STMIK AMIKOM Yogyakarta, walaupun saya lama melakukan aktifitas di UGM tapi tak terpikir sedikitpun untuk berpikir kesana. Dan setelah selang beberapa bulan kemudian, saya mendapat kabar atas teman-teman saya Si A dan Si B yang melanjutkan perjuangan mimpinya. Dimulai dari Si A yang telah berhasil menjadi anggota POLRI untuk ini saya turut bangga dan senang mendengarnya. Dan Si B yang gagal hanya di tes awal saja, untuk hal ini saya turut berduka cita.
Dari petualangan saya 2 tahun tersebut, pelajaran yang dapat saya petik adalah;
- Ketika kamu terlalu terfokus membuka satu pintu yang terkunci, mungkin kamu tidak sadar banyak pintu lain terbuka untuk kamu.
- Tapi ketika kita berhenti mencoba meraih suatu mimpi, saat itu lah sebenarnya kita tidak sadar betapa dekatnya kita dengan mimpi yang kita perjuangkan.
- Dan untuk mengatasinya agar tidak ada penyesalan, tentukan pilihan mu dan pikir matang-matang apakah lanjut berjuang atau berhenti dan mencoba membuka pintu lain.
- Agar tidak ada penyesalan , berjuanglah kerahkan segenapdaya dan upaya. Agar kamu merasa puas apapun hasilnya.
Sehingga membentuk sebuah prinsip dalam hidup saya:
"Tak masalah seberapa banyak orang menggap kamu gagal dan memandang mu sebagai seorang pecundang. Yang terpenting adalah diri mu sendiri tidak menganggap kamu gagal dan seorang pecundang. Ketika kamu sendiri telah menganggap diri mu gagal dan seorang pecundang maka DUNIA MU TELAH BERAKHIR"
Dan satu lagi penggangan saya dalam hidup adalah:
Jangan pula pernah berandai…
“Seandainya saja aku melakukan seperti ini, niscaya akan begini dan begini jadinya."
Tapi katakanlah, “Allah telah menakdirkan, dan apa yang Dia kehendaki akan Dia lakukan.”
(Al-Hadits)
Muhammad Agung Firmansyah, Mei 2011 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar