Agama
adalah sebuah kata yang mudah diucapkan tapi definisi dari kata agama itu
sendiri sangat sulit untuk digambarkan atau didefinisikan. Menurut Mukti Ali
ada tiga hal yang melatar belakangi sulitnya mendefinisikan kata agama, yaitu:
a. Pengalaman
beragama merupakan persoalan batiniah, subjektif, dan sangat personal atau
individual sifatnya.
b. Barangkali
tidak ada orang yang begitu bersemangat dan emosional daripada orang yang
membicarakan agama, sehingga dalam setiap orang mengkaji agama factor emosi
selalu memberkan warna yang dominan.
c. Konsepsi
tentang agama sangat dipengaruhi oleh kepentingan dan tujuan dari subjek yang
mendefinisikan.
Bagi Muhaimin, selain tiga factor yang
dikemukakan oaleh Mukti Ali ada satu factor lagi yaitu, karena agama posisinya
menempati problem of ultimate concern yakni persoalan yang berkaitan dengan
kebutuhan mutlak manusia yang tidak bias ditawar – tawar lagi keberadaannya.
Berikut adalah definisi agama menurut
beberapa ahli:
- Menurut KBBI: agama dikatakan sebagai kepercayaan kepada kesaktian ruh nenek moyang, dewa, dan Tuhan.
- W.J.S. Poerwadarminto: agama adalah segenap kepercayaan kepada Tuhan, dewa, dan sebagainya serta dengan kebaktian dan kewajiban – kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.
- Harun Nasution: agama adalah kepercayaan kepada kekuatan immaterial atau supranatural yang erat hubungannya dengan kehidupan manusia.
Dari pernyataan – pernyataan tersebut
maka dapat saya simpulkan, agama adalah kepercayaan atau keyakinan kepada
Tuhan, adanya hubungan dalam bentuk ritualitas atau permohonan do’a, adanya
doktrin tentang aturan – aturan yang diyakini berasal dari Tuhan, terbentuknya
sikap hidup tertentu terutama yang bersifat social horizontal.
Cara
Manusia Beragama
Pertama Cara
mistisisme, adalah salah satu cara manusiamenghayati dan mengamalkan ajaran
agama. Cenderung menkankan pendekatan mistikal.
Cara
mistikal ini dapat kita jumpai pada kalangan Sufi (pengikut tarekat) dan
kebatinan. Cara mistik dalam beragama yang dimaksud adalahpengikutnya lebih
menekankan pada aspek pengamalan batiniah dari ajaran agama dan mengabaikan
aspek pengamlan formal, structural, dan lahiriah.
Kedua cara penalaran atau pikiran,
penekanan cara ini adalah pada aspek rasionalitas dari sebuah ajaran agama.
Bagi kelompok atau golongan ini, agama harus dapat menjawab masalah yang
dihadapi pengnutnya dengan jawaban yang dapat diterima akal sehat. Penganut
cara ini beranggapan bahwa beragama tidak selamanya menerima begitu saja apa –
apa yang didoktrinkan atau ajarkan pemuka agama. Kelompok ini lebih menyenangi
kebebasan dalam menafsirkan teks dari kitab suci atau buku – buku agama
lainnya. Kelompok ini dapat kita temui pada kalangan mutakallimin (ahli ilmu
kalam), yang banyak membicarakan teologi Islam dengan memakai dalil tekstual
(naqli) dan dalil rasional (agli).
Ketiga cara amal shaleh, penekanan
kelompok ini terletak pada penghayatan dan pengamalan agama pada aspek
peribadatan, baik ritual formal maupun aspek pelayanan social keagamaan. Bagi
kelompok ini yang penting dan pokok adalah melaksanakan amal shaleh, karena
mereka beranggapan indicator seseorang dikatakan beragama atau tidak adalah
dalam pelaksanaan segala amalan lahir dari agama itu sendiri. Orang yang ingin
mendapatkan surga, tentu dengan sendirinya harus melakukan amal dalam bentuk
peribuatan.
Keempat cara sinkretisme, berasal dari
bahasa yunani (synkretismos) yaitu penggabungan ajaran dan pengalaman agama
yang berbeda satu sama lain. Cara sinkretisme adalah cara seseorang menghayati
dan mengamalkan agama dengan memilih – memilih ajaran tertentu dari berbagai
agama untuk dipraktekan dalam kehidupan keagamaan diri sendiri atau diajarkan
kepada orang lain.
*Referensi artikel ini adalah dari buku dosen saya, saya lupa buka apa. Bentar, akan saya revisi dilain kesempatan :))
*Referensi artikel ini adalah dari buku dosen saya, saya lupa buka apa. Bentar, akan saya revisi dilain kesempatan :))
ijin mengamalkan min, terimakasih banyak :)
BalasHapus